Showing posts with label B.Indonesia. Show all posts

Makalah tentang Pendidikan Sepanjang Hayat dan Situasi Pendidikan


KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Pendidikan Sepanjang Hayat dan Situasi pendidikan.”
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen kami Bapak Dr. Suryadi dan Ibu Dr. Siti Zulaikha M. Pd yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang turut berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini kami susun dengan tujuan memenuhi tugas dan mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan sepanjang hayat dan situasi pendidikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan bagi kita para pembaca. Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya. Terima kasih.




Jakarta, 13 Oktober 2014



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Alam semesta yang berkembang, dan seluruh isinya pun masih terus berkembang dan berubah-ubah. Di sisi itulah bagian vital dari manusia yang berada didalamnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan teknologi-teknologi berkembang lainnya ialah pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan merupakan sebuah aspek penting didalam sebuah proses dalam menjalani hidup dan untuk membentuk pendidikan yang berkualitas, kita juga harus bisa menganalisis situasi pendidikan agar bisa tercapainya proses pebelajaran yang efektif. Pendidikan adalah kegiatan untuk mengembangkan potensi diri seiring dengan berkembangnya perubahan-perubahan yang ada. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan bisa bertahan hidup dan tidak akan bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Manusia akan mengalami kesulitan didalam hidupnya jika mereka tidak memenuhi aspek-aspek yang penting didalam sebuah proses yang di namakan pendidikan. Pendidikan sepanjang hayat sudah disepakati oleh para pakar.
Jauh sebelum saat ini, Islam adalah agama yang pertama kali merekomendasikan keharusan dari proses belajar seumur hidup. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya dalam hadits: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.

1.2 Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Sepanjang Hayat
·         Dan bagaimana Pendidikan Sepanjang Hayat.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa yang da bagaimana Pendidikan Sepanjang Hayat


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pendidikan Sepanjang Hayat

2.1.1     Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Dalam arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi lebih tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Di sisilain dari pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat  meraih keadaan kehidupan yang lebih baik.
Adapun hal-hal yang menyebabkan dan memungkinkan hal-hal yang demikian itu adalah :
a.    Majunya ilmu dan teknologi
b.    Produk-produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan alat-alat kerja
c.    Bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis teknologi
d.    Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan teknologi[1]

Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain:

1.    Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapat dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan.

2.    Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.

2.1.2     Empat Pilar Pendidikan UNESCO mengenai Pendidikan Sepanjang Hayat
Upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

a)    Learning to know
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya Learning to How. Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.

b)    Learning to do
Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata.

c)    Learning to be
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Pilar ketiga yang dicanangkan Unesco adalah “learning to be” (belajar untuk menjadi seseorang).

d)    Learning to live together
Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik, namun yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang saat ini masih minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

2.1.3     Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern, proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. 
Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu :

a)    Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu dipelajari.

b)    Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing.

c)    Menerima dan Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran , dan interverensi.


d)    Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang mengesankan.

e)    Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.

f)     Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri. 

2.2      Situasi Pendidikan

2.2.1     Pengertian situasi pendidikan
Situasi pendidikan merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya sejumlah kandungan pokok yang terdapat pada kegiatan pendidikan yaitu adanya peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan, yang ketiganya terintegrasi melalui proses pembelajaran.
Kualitas pendidikan yang terjadi di dalam situasi pendidikan itu ditentukan oleh kualitas komponen-komponen itu masing-masing dan kualitas interaksi komponen tersebut.

2.2.2.   Komponen-Komponen Pokok Situasi Pendidikan

a)    Peserta Didik
Peserta didik adalah manusia yang sepenuhnya memiliki harkat dan martabat manusia dengan segenap kandungannya. Peserta didik dengan harkat dan martabatnya ini berhak hidup dan mengembangkan diri melalui pendidikan. Dengan kata lain, pendidikanlah yang akan mengembangkan harkat dan martabat peserta didik sehingga peserta didik menjadi apa yang disebut sebagai manusia seutuhnya.

b)    Pendidik
Pendidik adalah manusia yang memiliki kualifikasi akademik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang pendidik adalahmereka yang mampu tidak saja memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi menggunakan kompetensinya tersebut untuk mengubah tingkah laku peserta didik agar memiliki akhlak dan sikap berkarakter yang baik.

c)    Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk menjadikan manusia yang baik, bertanggungjawab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan Negara. Tujuan pendidikan lebih mengarah pada pembentukan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral. Psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motoris.

d)    Proses Pendidikan
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dijalani oleh peserta didik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di satu sisi, dan di sisi lain merupakan kegiatan yang diupayakan oleh pendidik agar kegiatan tersebut berlangsung untuk sebesar-besarnya bermanfaat bagi pencapaian tujuan pendidikan oleh peserta didik. Proses pembelajaran ini berlangsung dalam interaksi antar-komponen peserta didik dan pendidik dalam muatan tujuan pendidikan. Dalam interaksi ini pendidik menyikapi dan memperlakukan peserta didik sesuai dengan harkat dan martabat manusia yang melekat pada diri peserta didik,  untuk mencapai tujuan pendidikan yang tidak lain adalah upaya perwujudan harkat dan martabat manusia pada prikehidupan peserta didik.
Keempat komponen pokok situasi pendidikan ini hendaknya dijalankan dengan seimbang demi kelancaran situasi pendidikan yang terkendali. Interaksi antara peserta didik dan pendidik dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan kedua pihak (pendidik dan peserta didik). Interaksi keduanya akan mampu dicapai apabila proses pendidikan di sekolah dijalankan dengan baik dan memenuhi ketiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Pendidikan Sepanjang Hayat merupakan suatu hal yang wajib di perlukan dari setiap manusia. Didalamnya terdapat 4 pilar penting pendidikan sepanjang hayat yang dikemukakan oleh UNESCO yang terdiri dari learning to know, learning to do, learning to be,learning to live together. Keempat pilar tersebut merupakan sebuah konsep yang diperuntukkan sebagai sebuah tujuan untuk mengembangkan pendidikan. Disamping pendidikan sepanjang hayat adapula yang menentukan sebuah kesuksesan dalam melakukan kegiatan pendidikan yaitu situasi pendidikan.
Situasi pendidikan merupakan aspek yang mendukung keberlangsungan sebuah proses pendidikan, dimana didalamnya terdapat komponen-komponen pokok untuk mendukung proses pembelajaran diantaranya terdapat peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, dan proses pendidikan. Dimana semua komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan system yang saling mendukung satu sama lain guna memperoleh hasil dari proses pembelajaran yaitu hasil yang baik dan memuaskan dan bisa sehingga peserta didik memenuhi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
3.2       Saran
Pendidikan sepanjang hayat diharapkan akan mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan peran aktif dari situasi pendidikan yang meliputi masyarakat dan pemerintah. sehingga pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
·         Prayitno. Dasar-dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta:Grasindo
·        http://dyahmayarikawati.blogspot.com/2013/12/makalah-pendidikan-sepanjang-hayat.html
·         http://peelesupi.blogspot.com/2013/03/asas-pendidikan-sepanjang-hayat_4720.html
·         http://maradana.wordpress.com/2012/10/03/komponen-pokok-situasi-pendidikan/
·         Suryati Sidharto, Ilmu pendidikan (Yogyakarta : UNY Press, 2011) hlm. 155

Contoh Tulisan Autobiografi

Haiiiii pembaca setia ILMU KITA, saat ini gue mau jelasin apa sih itu autobigrafi? dan apa sih perbedaannya autobiografi sama biografi ajah? hahaha. langsung aja ya tanpa basa basi gue jelasin:)

  • Autobiografi
    • Autobiografi itu adalah perjalanan hidup seseorang, atau pengalaman hidup seseorang yang ditulis oleh orang itu sendiri. biasanya, nama dari orang yang diceritakan didalam autobiografi memakai kata saya atau aku.
  • Biografi
    • Biografi itu adalah perjalanan hidup seseorang, atau pengalaman hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. biasanya, nama dari orang yang diceritakan didalam biografi memakai nama orang yang sedang diceritakan. contoh, kalau kita menulis biografi "Michael Jackson" maka di dalam biografi ditulis, "Michael Jackson lahir di .............".
Saat ini, saya akan memberikan contoh dari tulisan autobiografi. autobiografi diri saya sendiri:) cekidooooooooootttttttttttttt............


MY AUTOBIOGRAFI


Rifqi Pradana Pangestu
Bismillahirrahmanirrahim, nama saya Rifqi Pradana Pangestu, biasa dipanggil Eki.  Saya anak pertama dari 3 bersaudara. Saya lahir di Jakarta, 03 Februari 1997. Saya tinggal di Jalan Menteng Wadas Selatan No.51 Rt.05 Rw.009, Jakarta Selatan. Dilihat dari nama saya yang artinya “Teman pendamping yang baik”, saya mempunyai sifat yang mudah untuk bergaul, saya sangat senang jika saya berada dekat dengan teman-teman.
Saya memulai untuk bersekolah dari sejak saya berumur 5 tahun. Ketika itu, saya memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Aisyah. Hanya 1 tahun saya bersekolah di TK, selanjutnya saya masuk disekolah dasar negeri 01 pagi, yang berlokasi di Manggarai, dekat dengan tempat tinggal saya. 6 tahun saya berlajar di SD, kemudian saya lanjut kesekolah dengan tingkat yang lebih tinggi tahun akademik 2008/2009, yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Jakarta, yang berlokasi di Jalan Pegangsaan barat. Selama saya SD hingga lulus SMP, saya tergolong anak yang kurang dalam hal akademik. Ketika saya SMP, saya sering bermain dimalam hari, pulang tidak tepat waktu, hingga bermain warnet berjam-jam. Tapi sejak saya lulus dari SMP, dan berlanjut ke Sekolah Menengah Atas Negeri 43 Jakarta tahun akademik 2011/2012, yang berlokasi di Jalan Minangkabau Dalam, saya telah berubah sifatnya. Semenjak saya SMA, saya sudah tidak main-main, keluar malam, hingga bermain warnet berjam-jam. Ketika SMA, saya sudah berprinsip untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri. Maka dari itu, saya belajar dengan giat untuk mencapai kemauan saya itu. Saat saya berada di kelas 2 SMA, saya sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi wirausahawan yang sukses di dunia maupun di akhirat. Hal itu membuat saya belajar dengan giat dan masuk ke jurusan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Seorang yang kaya raya tentu terlahir dari sifat pekerja keras. Mereka rata-rata mempunyai pekerjaan sebagai wirausahawan. Tidak ada seseorang yang kaya raya tanpa berwirausaha, itulah pandangan hidup saya saat duduk di bangku SMA. Ketika saya lulus SMA pada tahun 2014. Saya dihadapkan dengan permasalahan mencari universitas negeri. Saya sebenarnya sudah mempunyai tujuan jurusan pada saat itu, yaitu manajeman dan penggantinya yaitu administrasi bisnis. Namun semua itu sirna karena saya tidak mendapatkan kedua jurusan tersebut di SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Tetapi saya belum menyerah, saya mencoba tes SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Nah, saat itulah dibenak saya terlintas pikiran bahwa semua universitas sama saja, hanya individu yang menentukan nasibnya kedepan. Maka dari itu, saya akan melanjutkan perguruan tinggi yang dekat dengan wilayah saya, dan akhirnya UNJ (Universitas Negeri Jakarta) yang menjadi tujuan saya. Tapi jurusan di UNJ tidak ada administrasi bisnis, disana hanya ada manajeman saja. Saya mulai mencari jurusan baru yang mungkin dapat sesuai dengan cita-cita saya. Hari demi hari saya mencari, akhirnya saya memutuskan Manajemen Pendidikan lah sebagai pengganti dari pilihan kedua yaitu administrasi bisnis. Alasan saya memilih manajemen pendidikan yaitu, dengan memilih manajemen pendidikan, saya masih tetap bisa mempunyai dasar untuk berwirausaha. Karena didalam materi pembelajaran manajemen pendidikan, terdapat dasar-dasar dari manajerial. Karena itulah saya giat belajar untuk menghadapi tes SBMPTN. Setelah saya tes SBMPTN, selang 1 bulan, pengumuman kelulusan dari tes SBMPTN pun diumumkan. Saya sangat gembira sekali karena saya lulus SBMPTN dan bisa masuk perguruan tinggi negeri dengan jurusan yang akhirnya ialah Manajemen Pendidikan yang pada hakikatnya ialah, saya masih bisa menjadi seorang wirausahawan. Sekarang tahun ajaran 2014/2015, saya sedang berada didalam proses MPA (Masa Pengenalan Akademik) di UNJ. Rencana saya kedepan di UNJ, saya ingin memperbanyak baca buku dan belajar, serta saya ingin masuk kedalam organisasi-organisasi yang ada di UNJ untuk memperdalam ilmu manajerial saya. Setelah itu, planning saya setelah lulus dari UNJ nanti, saya ingin mencari modal untuk membuata usaha dengan cara menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil di KEMENDIKBUD dan setelah saya mendapatkan modal dengan gaji yang saya dapat. Saya ingin membuat usaha yaitu mendirikan sekolah berbasis religius dan saya akan mendirikan pesantren-pesantren dengan kualitas yang baik dan biaya yang terjangkau. Seiring itu berjalan, saya ingin melanjutkan pendidikan saya kejenjang S2 yang mudah-mudahan melanjutkan kuliahnya di luar negeri dengan melanjutkan jurusan baru yaitu Sistem Informasi, aaamiiin ya RabbalalaaamiiinJ mudah-mudahan semua usaha saya, semua kerjakeras saya, semua pengalaman-pengalaman saya diberi ridho oleh Allah SWT berserta kedua orang tua saya yang telah menjaga saya dari kecil hingga sedewasa ini, aaamiiin yaRab. Sekian dan terimakasih.

Penalaran Induktif dan Deduktif

Penalaran Deduktif

Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Proposisi baru itu tidak lain dari kesimpulan kita mengenai suatu fenomena yang telah kita identifikasi dengan mempertalikannya dengan proposisi yang umum. Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar.

Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem, rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya.

Contoh penalaran deduktif :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :

a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh :
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)

Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.

1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:

Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Contoh:
Contoh silogisme Kategorial:

My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal

My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa

2. Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

3. Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.

4. Silogisme Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

Namun silogisme kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu silogisme kategorial dan silogisme tersusun. Dimana silogisme tersusun terbagi lagi menjadi tiga kategorial yaitu:
a. Epikherema
Epikherema adalah jabaran dari silogisme kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduanya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan menambahkan keterangan sebab: penjelasan sebab terjadinya, keterangan waktu, maupun poembuktian keberadaannya.

Contoh:
Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka selalu memperjuangkan hak miliki bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadinya. Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan. Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.

CONTOH KALIMAT SILOGISME KATEGORIAL

A. Semua Mahasiswa adalah lulusan SLTA
Nanni adalah mahasiswa
Jadi Nanni lulusan SLTA

B. Tidak ada Manusia yang kekal
Mahasiswa adalah Manusia
Jadi Mahasiswa tidak kekal

C. Semua Manusia berpikir
Semua Rusa bukan Manusia

D. Tidak seekor Ikan pun ayam
Semua Ikan berenang
Jadi tidak seekor Ayam pun berenang


E. Semua Karyawan PT.Makmur masuk kerja
Ratna adalah Karyawan PT.Makmur
Jadi Ratna harus masuk kerja

F. Manusia selalu bersifat ingin tahu
Mahasiwa adalah Manusia

G. Semua Vegetarian hanya makan sayur
Indah hanya makan sayur
Jadi Indah adalah Vegetarian

H. Beberapa Hewan berkembang biak dengan bertelur
Tidak seorang pun Manusia adalah Hewan

b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis


Penalaran Induktif

Penalaran Induktif Induksi / induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses penalaran deduktif. Pengertian fenomena-fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan pertama-tama sebagai data-data maupun sebagai pernyataan-pernyataan, yang tentunya bersifatf aktual pula.

Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.

Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi seperti generalisasi, hipotese dan teori, analogi induktif, kausal dan sebagainya.




Macam-macam Penalaran Induktif

a. Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh :
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

 Generalisasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, generalisasi tanpa loncatan induktif dan generalisasi dengan loncatan induktif.
   
1.    Generalisasi tanpa loncatan induktif:

Generalisasi tanpa loncatan induktif adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2.    Generalisasi Dengan Loncatan Induktif

Generalisasi Dengan Loncatan Induktif adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

b. Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Contoh :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.